Oleh Romi Febriyanto Saputro
Perkembangan industri seluler di tanah air cukup menggembirakan. Saat ini diperkirakan 70 juta penduduk Indonesia telah menggunakan telepon seluler (ponsel). Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 120 juta orang pada tahun 2010.
Hal ini menunjukkan bahwa akses masyarakat Indonesia untuk menikmati layanan telekomunikasi terhitung cukup besar. Bahkan, masyarakat yang tinggal di pelosok pedesaan pun kini cukup leluasa menikmati perangkat komunikasi modern ini.
Ironisnya, meningkatnya akses masyarakat terhadap ponsel tidak diikuti dengan meningkatnya kualitas masyarakat. Ponsel belum difungsikan secara optimal untuk memberdayakan kualitas diri melainkan masih sekedar berfungsi sebagai gaya hidup.
Kondisi ini diperparah dengan munculnya layanan nilai tambah dari operator seluler yang membodohi masyarakat. Sms primbon, feng shui, ramalan, klenik, cinta monyet, kuis, judi terselubung dan selebritis merupakan beberapa contoh layanan nilai tambah yang jauh dari semangat memberdayakan masyarakat melainkan sekedar memperdayai masyarakat.
Untuk itu diperlukan suatu revolusi layanan nilai tambah atau lazim disebut dengan value added services (VAS) yang efektif dan memang diperlukan oleh masyarakat. Salah satu bentuk VAS ini adalah layanan buku dalam ponsel.
Di tanah air geliat buku dalam ponsel sudah mulai tumbuh. M- Komik, yang merupakan kepanjangan dari Mobile Komik diluncurkan oleh Telkomsel beberapa waktu yang lalu. Dengan layanan ini, komik wayang seperti Bharatayuda dan Ramayana dapat dinikmati melalui ponsel. Beberapa novel Islami pun dapat dinikmati dengan cara serupa. Seperti Penerbit Mizan yang kini telah meluncurkan fonovela yang memungkinkan pembaca mengunduh file-file novel terbitan Mizan ke dalam ponsel.
Membaca buku dalam ponsel mungkin memang tidak senyaman membaca buku edisi cetak yang memiliki ukuran yang lebih besar. Namun kehadiran buku dalam ponsel dapat menjadi alternatif bagi mereka yang memiliki mobilitas tinggi sehingga hampir tidak punya waktu luang untuk membaca buku.
Dengan layanan nilai tambah ini seseorang dapat menyimpan puluhan bahkan ratusan buku dalam ponselnya dan dapat membaca ketika ada waktu luang di mana pun mereka berada. Suatu kelebihan yang tidak dimiliki oleh buku edisi cetak.
Ada beberapa manfaat yang dapat dipetik dari buku dalam ponsel ini. Pertama, meningkatkan faktor kesempatan membaca. Diakui atau tidak, kesempatan membaca merupakan barang langka di republik tercinta ini. Waktu yang dimiliki masyarakat banyak tersita untuk mencari nafkah, apalagi di masa krisis global saat ini yang dampaknya sangat terasa. Masyarakat perlu bekerja lebih keras untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Membaca buku dalam ponsel memungkinkan setiap orang untuk membaca buku secara lebih leluasa daripada membaca buku edisi cetak. Di tengah kultur baca yang belum mapan, membaca buku sambil duduk di dalam bus atau kereta merupakan hal yang aneh. Membaca buku dalam ponsel jauh lebih nyaman dalam situasi seperti ini.
Kedua, menggugah kepedulian masyarakat terhadap buku. Kepedulian masyarakat terhadap buku ditentukan oleh sejauh mana masyarakat menganggap penting atau tidak penting suatu informasi yang terkandung dalam suatu buku. Kehadiran buku dalam ponsel lebih berpeluang untuk menawarkan kepekaan dan variasi kebutuhan masyarakat. Seseorang tidak perlu datang ke toko buku untuk memuaskan dahaga informasi yang diperlukannya. Melainkan cukup dengan mengakses beragam pilihan buku dari sebuah ponsel.
Ketiga, membangun stigma positif layanan nilai tambah. Selama ini layanan nilai tambah seluler hanya berkutat seputar kuis, ring tone, dan game. Hal ini lambat laun akan menimbulkan stigma negatif di mata masyarakat. Kehadiran buku dalam ponsel dengan harga yang tidak terlalu mahal diharapkan bisa membangun stigma positif layanan nilai tambah sekaligus menghapus stigma negatif tersebut.
Dominasi iklan layanan nada sambung maupun ring tone sudah saatnya digantikan dengan semarak iklan buku seluler. Jika buku dalam ponsel dapat dipasarkan sehebat lagu nada sambung, maka dengan sendirinya akan meningkatkan gairah dunia perbukuan.
Keempat, mendidik masyarakat untuk selalu dekat dengan buku. Saat ini ponsel sudah menjadi pasangan hidup manusia selain istri atau pacar yang dimiliki. Ke mana pun seseorang pergi, dia akan merasa nyaman jika membawa ponsel. Sebaliknya, tanpa ponsel disakunya, seseorang akan merasa ada sesuatu yang hilang dari hidupnya.
Dengan buku dalam ponsel, seseorang tanpa disadari akan selalu dekat dengan dunia buku. Ke mana pun Ia pergi sang buku akan terus menyertainya. Titik kulminasi yang dapat dicapai dari proses ini adalah tumbuhnya kesadaran pada diri seseorang bahwa arti sebuah buku juga sepenting ponsel dalam kehidupan.
Kelima, menumbuhkan kreatifitas masyarakat. Membaca dapat meningkatkan kinerja otak. Informasi yang diperoleh dengan membaca lebih lama tersimpan dalam memori otak daripada informasi yang diperoleh dengan mendengar atau melihat.
Aktivitas membaca yang teratur akan melahirkan daya kreativitas. Ledakan dari daya kreatifitas ini akan melahirkan budaya menulis, bahkan menulis dengan modal ponsel. Di Jepang, setengah dari karangan fiksi terpopuler di pertengahan tahun pertama 2007 ditulis di ponsel.
Seorang penulis asal Italia yang juga pekerja Teknologi Informasi, Robert Bernocco, menggunakan ponselnya untuk menulis buku novel dalam perjalanan pulang pergi ke kantornya. Ia menulis novel fiksi ilmiah berjudul 'Compagni di Viaggio' (teman perjalanan-red) setebal 384 halaman itu menggunakan fitur T9 pada ponsel merek Nokia miliknya (www.detik.com).
Kehadiran buku dalam ponsel diharapkan dapat mengubah wajah layanan nilai tambah seluler dari sekedar hiburan semata menjadi hiburan yang mencerdaskan masyarakat. Ponsel dapat menjadi daya ungkit untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Jumlah pemakai ponsel yang bertambah diharapkan dapat menjadi kontributor guna meningkatkan minat baca masyarakat Indonesia. Semoga !
Ditulis oleh Romi Febriyanto Saputro, pustakawan pada UPTD Perpustakaan Dinas P & K Kab. Sragen, Pemenang Pertama Lomba Menulis Artikel Tentang Kepustakawanan Indonesia Tahun 2008.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar